Rabu, 30 November 2011

Mewujudkan Mimpi Selalu Hidup Sejahtera


Semua orang ingin hidup bahagia, sejahtera, dan sentosa. Tapi, mungkinkah keinginan itu bakal terwujud? Takdir memang ada di tangan Tuhan. Tapi, bukan mustahil kebahagiaan dan kesejahteraan itu bisa kita ciptakan sendiri, tentu dengan usaha dan kerja keras.
Keinginan hidup lebih baik di masa mendatang adalah modal berharga. Pertanyaannya, bagaimana bisa mencapainya? Kunci dari semua itu adalah menata dan merencanakan keuangan kita secara matang. Hanya saja, dasar keinginan untuk mewujudkan kebahagiaan saja kurang kuat memotivasi kita untuk berdisiplin mengelola keuangan. Harus ada tujuan spesifik agar kita lebih fokus pada tujuan dan sasaran ke di masa mendatang.
Bagaimana memastikan bahwa beberapa keinginan dalam hidup itu adalah tujuan utama kita? Kita harus menyadari bahwa sebuah mission impossible mewujudkan semua keinginan. Kita harus lebih bijak menentukan secara spesifik, apa saja tujuan utama itu. Caranya, kita harus mendata lebih dulu semua tujuan itu berdasarkan siklus dan tahap kehidupan.
Misalnya, jika Anda sekarang masih lajang, mungkin membeli kendaraan, memiliki rumah, menikah termasuk tujuan hidup Anda. Setelah Anda menikah dan punya anak, membiayai pendidikan anak hingga jenjang paling tinggi, menyiapkan pensiun, menyiapkan dana untuk pernikahan anak, menjadi tujuan berikutnya.
Di antara sekian banyak tujuan itu, kita harus menyortir dengan tetap berpijak di bumi. Artinya, dengan melihat kemampuan diri Anda dan keluarga, kondisi keuangan, dan unsur kebutuhan mendesak. Anda harus berani menentukan mana yang menjadi prioritas utama.
Seringkali, dalam penentuan tujuan prioritas, muncul godaan-godaan di tengah jalan. Contoh, ketakutan atau kekhawatiran Anda atau pasangan Anda sakit berat atau meninggal dunia. Pelbagai risiko ini memang harus dipertimbangkan, tapi jangan mengganggu penentuan tujuan hidup.
Faktor emosional itu justru akan mengganggu tujuan sesungguhnya perencanaan keuangan keluarga Anda. Kekhawatiran dan ketakutan akan masa depan tidak bisa menjadi dasar tujuan perencanaan keluarga. Motivasi yang lebih mendasar adalah meraih dan mewujudkan kebahagiaan bagi Anda dan keluarga Anda.
Perencanaan keuangan bukan sekadar berkaitan dengan nilai uang. Kalau kita hanya menyederhanakan dalam hitungan angka, tujuan perencanaan keuangan tidak maksimal. Sebab, tak mungkin kita bilang, jatah uang memasukkan anak ke universitas Rp 75 juta dan biaya liburan hanya Rp 10 juta akan selalu jadi kenyataan.
Meski akhirnya kita harus berhitung dengan angka, tujuan perencanaan keuangan lebih besar dari itu, yakni memberikan yang terbaik bagi keluarga. Konkretnya, ini adalah cara mewujudkan kesenangan dan kebahagiaan bagi keluarga. Sukses tak cukup dihitung dari pencapaian angka. Lebih dari itu, ukuran tertinggi adalah kepuasan batin.
Skala waktu
Maka, saat menetapkan prioritas tujuan perencanaan keuangan keluarga, tidak ada salahnya kita mulai memilah tujuan dengan skala waktu: jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek biasanya dalam kurun waktu 12 bulan. Sedangkan tujuan jangkap panjang bisa lebih dari satu tahun sampai puluhan tahun.
Perencanaan jangka panjang dan pendek adalah sebagai pemilah kebutuhan mendesak dan penting. Kita acap sulit membedakan keduanya. Mungkin, kebutuhan dan tujuan kita adalah penting, tapi tidak mendesak saat ini. Misalnya, kita saat ini memiliki anak masih bayi dan berniat merencanakan pembiayaan pendidikan si buah hati. Biaya pendidikan anak jelas penting, tapi belum mendesak dilakukan dalam waktu dekat.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan perencanaan keuangan keluarga. Yakni, SMART: specific, measurable, achievable, realistic, dan time-frame.
Pertama, spesifik. Artinya, kita harus dapat membayangkan tujuan kita secara detail. Misalkan, untuk dana pendidikan anak, kita harus dapat memperkirakan calon universitas anak kita nanti. Kita juga harus dapat membayangkan kehidupan yang kita inginkan pada saat mengisi masa pensiun nanti.
Kedua, measurable (dapat diukur). Alat ukurnya adalah besaran uang. Misalkan, kita ingin menyusun rencana liburan akhir tahun. Kita harus memperkirakan kebutuhan anggaran berlibur bersama.
Ketiga, achievable atau dapat kita capai. Agar tidak menjadi pungguk merindukan bulan, sebaiknya tujuan keuangan disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita.
Keempat, realistis atau masuk akal, bukan khayalan yang tidak dapat diwujudkan.
Kelima, time-frame. Artinya, kita harus memiliki jangka waktu yang jelas untuk mencapainya. Misalkan untuk pendidikan anak, kita harus tahu jelas kapan anak akan kuliah. Kita juga harus mengetahui pada umur berapa kita akan pensiun dari pekerjaan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar